Saya
yakin dia laki-laki baik, tumbuh dengan hati dan tanggung jawab yang baik.
Sampai pada akhirnya dia memilih pergi karena merasa tidak bertanggung jawab
atas penjagaannya terhadap saya.
Flashback
sedikit tentang hati ini. Bertahun saya mencoba move up, yang tetap berusaha menjaga perasaannya dengan membatasi
pergaulan kepada teman-teman lelaki, karena saya tahu kami masih menyimpan rasa
yang sama. Pokoknya berhati-hati sekali, hingga saya memilih bertahan. Berhenti
belum menjadi pilihan saya waktu itu sampai beberapa hari yang lalu.
Selepas
putus dengannya, saya tidak pernah memberikan kesempatan kepada lelaki
manapun untuk lebih dekat mengenal saya. Berteman? Yes, but lebih dari itu? Nooo.
Hati
ini tak pernah kemana-mana. Selelah-lelahnya, sesakit-sakitnya merindu
dengannya saya tidak pernah singgah di hati orang lain untuk rebah walau
sebentar.
“Kau
masih menjadi tempatku pulang meski tak ada lagi kebahagiaan yang bisa kita
ulang”, gumamku. Dan saya kira, seseorang yang saya jaga
perasaannya juga menjaga hati dan perasaan saya dengan setia. Wauallahu’alam.
Sering
saya rasa hari-hari saya berat selepas dengannya. Mungkin beratnya menanggung
dosa yang pernah dilakukan kali yak wkk
Seringg
sekalii saya sudah memaksa hati saya untuk membuang perasaan yang kepadanya,
lalu menyerah. Paksa lagi. Kemudian menyerah lagi. Dan saya pikir kali ini saya
benar-benar harus pergi setelah menunda pergi berkali-kali. Karena apa?
Lillahita’ala.
Aku
tak ingin Allah cemburu padaku, saat aku lebih memikirkan manusia daripada
memikirkanNya. Apalagi saat aku lebih banyak menghabiskan waktu dengannya (dua
tahun silam) daripada aku berduan denganNya. Saat aku lebih bahagia dengan
manusia daripada menyebut namaNya :’(
Jika
mengikuti saya di media sosial seperti instagram dan line, itu beberapa hari
ini gegana banget ya wkwkwk yang tak paham tentu tak akan paham. Yaiyalah hahay
gajeyy banget ya...
Sebenarnya
yang saya sedihkan ialah bukan tentangnya dengan yang lain. Namun tentang ia yang
mengulangi, melakukan kesalahan yang sama. Wajar bukan, saya sedih ketika orang
yang saya sayangi masih melanggar
batas-batas hukum Allah?
Slama
ini saya husnuzan, kita saling memperbaiki diri. Berpisah karena Allah dan
berharap dipertemukan lagi karena Allah swt.
Sekarang
saya belajar menghargai mata saya seperti saya menghargai dan menjaga hati
saya. Tak akan memaksakan untuk terus terjaga. Saatnya mengistirahatkan hati,
mungkin hati ini lelah mengharap kepada manusia. Jika suatu saat saya
menghilang dari peredaran dan jika ada
seseorang bertanya, “sedang apa dirimu?”.
“Saya
sedang sibuk membuang rasa yang haram demi mendapatkan Ridho Allah,” itu saja.
Doakan semoga istiqomah yaaa
Komentar
Posting Komentar