Langsung ke konten utama

Perjalanan Pendek Mengesankan


       “Aku bernyanyi untuk sahabat...Aku menari untuk sahabat....” Terdengar nada dering handphone Efa. Efa yang asik menonton tv pun segera berlari mengambil dan menekan tombol hijau pada layar handphone nya.
Efa      : “Assalamualaikum, dengan siapa ya?”
Mega  : “Ini aku Fa, Mega. Kamu ada di rumah tidak?
Efa      : “Iya ada Ga, kenapa?”
Mega  : “Aku mau main kesana.”
Efa      : “Ada ko, datang aja.”
Mega  : “ Ok, tungguin ya”.
Beberapa menit kemudian tibalah Mega di rumah Efa.
Mega  : “Kapan kamu mau ke Bukit?”
Efa      : “Siang ini. Kamu sudah makan atau belum, kita makan yu?”
Mega  : “Belum. Ayoo.”
Beberapa saat usai makan siang. Tiba-tiba bumi bergemuruh, pertanda hujan akan datang. Mega           : “Fa, Aku pamit pulang ya sebelum hujan tiba nih, nanti malah tidak bisa pulang kalau sudah hujan dan yang tidak tau kapan berhentinya hehe.”
Efa      : “Iya hati-hati.”
Mega  : “Maaf tidak membersihkan piring-piring nya dulu, kamu bisa membersihkannya sendiri kan? Haha...”
Tiba pukul tiga sore. Efa dan teman-teman akan berangkat ke Bukit Batas. Efa mengirim sebuah pesan singkat kepada teman-temannya untuk mengingatkan agar mereka segera bergegas berkumpul di tempat yang telah di janjikan, yaitu rumah Mia.
Setengah jam berlalu, satu persatu dari mereka yang ikut ke Bukit berdatangan kerumah Mia. Efa yang datang lebih awal dari mereka mulai mengantuk karena kelamaan menu nggu. Satu jam kemudian ketika terkumpul sudah Efa, Mia dan empat teman lainnya yaitu Sandra, Adi, Ryan dan Doni segara berangkat. Diperjalan Efa dengan teman satu motornya, Mia terpisah dengan rombongan karena menunggu lampu Merah berubah jadi Hijau. Efa dan Mia sama sekali tidak mengetahui arah tempat Bukit Batas tersebut.
Efa      : “Mia, berhenti sebentar. Mari kita bertanya pada bibi yang berjualan kue itu. Siapa tahu bibi itu penduduk asli sini dan bisa membantu kita.”
Mia pun berhenti dan bertanya. Efa dan Mia hanya bisa berdoa agar mereka cepat dipertemukan dengan teman-teman setelah  mencoba bertanya pada penduduk setempat. Tidak lama kemudian doa mereka dikabulkan. Bertemulah Efa dan Mia dengan teman-teman rombongan.
Mia     : “Memang doa anak shalehah itu dikabulkan sama Allah hehe.”
Adzan Magrib tiba bersamaan dengan sampainya Efa dan teman-teman ditempat tujuan.
Efa      : “Teman-teman, lihat. Ternyata ada mesjid juga disini. Kita jadi bisa sholat tanpa takut terkena tanah atau kotoran-kotoran lainnya.”
Mereka singgah di Masjid itu dan beristirahat sejenak. Sekitar dua puluh menit telah berlalu.
Efa      : “Ayo teman-teman kita lanjutkan. Semangka!”
Sandra            : “Apaan tuh Fa?”
Efa      : “Semangat kawan!”
Efa dan teman-teman melanjutkan perjalan dan mendaki untuk mencapai puncak bukit agar bisa melihat keindahan alam dibawah yang diciptakan oleh-Nya. Mereka melewati petualangan dalam kegelapan malam, karena matahari sudah tenggelam serta hanya membawa beberapa alat penerangan yang kecil cahayanya. Kurang lebih dua jam sampailah mereka dipuncak Bukit Batas, bukit tertinggi yang ada di kota tempat mereka tinggal.
Sejenak  Efa menghela nafas sekaligus menghirup udara yang ada, angin sepoi-sepoi yang menyapu keringatnya dan teman-teman.
Doni   : “Hey ko malah bengong ayo kita dirikan tenda kita.”
Efa      : “Sabar dong.”
Mia, Adi, Sandra dan Ryan segera membuka terpal, matras, dan apapun yang bisa menjadi alas tidur.
Adi      : “Guys, apa kalian tidak lapar setelah menempuh perjalanan jauh dengan keadaan puasa sementara?”
Ryan   : “Lapar lah. Ayo segera keluarkan bekal yang kalian bawa. Aku minta saja ya? Hehe.”
Sandra : “Nah karena tidak semua membawa bekal, maka jadilah kegiatan pertama kita kali ini dimulai dengan acara makan malam bersama dengan bekal seadanya ya.”
Di sinilah indahnya kebersamaan dan suasana kekeluargaan dengan teman-teman tersayang terasa sangat kental. Di situ Efa dan teman-teman juga membuat api unggun untuk menghangatkan badan mereka karena udara diatas bukit sudah mulai dingin. Efa terlihat mencari sesuatu dalam tasnya dengan mimik muka nya yang panik bak ketinggalan buku PR.
Sandra            : “Kamu cari apa Fa?”
Efa      : “Selimutku tidak ada.”
Doni   : “Jangan-jangan ketinggalan.”
Mia     : “Tenang saja Fa, aku bawa selimut besar ko. Bisa untuk tiga orang loh.”
Efa      : “Oh teman, baik sekali hatimu. Aku bergabung di situ ya sebelum badanku membeku jadi es.”
Efa segera bergabung dengan Mia dan Sandra yang baru saja memasuki selimut milik Mia. Dan disini lagi-lagi Efa merasakan indahnya berbagi. Saking asyiknya menunggu pagi, Efa dan teman-teman baru terlelap pukul 03.00 pagi dan bangun pukul 0500 pagi. Mia yang bangun terlebih dahulu segera membangunkan teman-temannya.
Mia     : “Bangun-bangun! Katanya mau berfoto bersama sunrice.”
Efa, Sandra, Doni, Ryan dan Adi pun segera bangun. Kemudian mereka berlarian mencari objek yang ba gus untuk jadi latar belakang foto mereka.
Efa      : “Indah.” (setengah berbsik pada alam)
Masih di puncak bukit. Efa dan teman-teman mengambil foto diberbagai lokasi.
Ryan   : “Aku rasa ini sudah cukup, sudah hampir siang. Ayo kita pulang.”
Sesampai dibawah atau di pulau pinus tempat penyebrangan menuju tempat parkir motor kami, Efa kembali mengambil handphonenya untuk melanjutkan aksi gilanya berselfie ria dan merogoh isi tasnya. Ternyata yang dicari tidak ada. Efa mulai panik dan membongkar semua isi tasnya.
Doni   : “Kenapa fa? Tidak ada? Coba cari lagi, pelan-pelan.”
Efa      : “Sudah, tapi tidak ada.”
Adi      : “Yasudah balik lag yuk keatas aku temenin sama Doni siapa tau ketinggala diatas atau tercecer di jalan.”
Doni   : “Iya. Biar Ryan dibawah saja jaga dua anak gadis ini.Bagaimana?”
Ryan   : “Sip.”
Untung Mia dan Sandra senantiasa mau menunggu dibawah dan dengan setia menanti Efa, Doni kembali lagi. Walau hati Efa gundah namun ia tetap semangat karena melihat tingkah konyol dua temannya itu.
Adi      : “Kalian merasa panas tidak?”
Efa      : “Iya panas sekali.”
Adi      : “Berhubung aku baik hati, ini aku kasih angin sepoi-sepoi.”
Doni   : “Biar adem ya?” (mengerti dan langsung menutup hidungnya)
Tiba diatas puncak untuk yang kedua kalinya Efa yang dibantu Doni dan Adi langsung mencari handphone milik Efa.
Adi      : “Lihat! Aku menemukan sebuah kartu XL.Kamu menggunakan kartu XL bukan?”
Efa      : “Iya aku menggunakan XL.”
Doni   : “Apa ini sebuah petunjuk?” kalau handphone Efa sudah beralih tangan dan kartunya lansung dibuang oleh pelaku agar sapa pun tidak bisa menghubungi nomor Efa lagi?”
Adi      : “Sini aku cek dlu.”
Ketika dimasukkan ke handphone Adi untuk di cek, ternyata apa yang terjadi?
JRENG JRENG JRENG… Masa aktif kartu sudah habis dua minggu yang lalu. Artinya itu bukan kartu sim card Efa.
Turunlah  Efa , Doni dan Adi dengan tangan kosong. Ditengah perjalanan mereka kehujanan dan berteduh di sebuah pondok yang ada didekat situ.
Adi      : “Ketika kita memiliki sesuatu kita juga harus siap kehilangannya.”
Doni   : “Seperti hp Efa. Efa harus mengikhlaskannya ya. Yang terpenting Efa sudah berikhtiar, berusaha kembali naik keatas bukit mencari hp yang hilang yang sebenarnya tidak mudah jalannya untuk dilalui.”
Kata-kata bijak dari kedua temannya itu seoalah-olah menina bobo kan Efa yang sangat kelelahan dan di pondok persinggahan tersebut pun Efa tertidur. Tiba-tiba ada suara ketukan pintu yang membuat Efa terbangun dari tidurnya. Ahh ternyata kakak Efa yang datang dari kampus. Sepulang Mega dari rumah Efa, Efa pun tertidur karena cuaca hujan yang waktu itu mendukung sekali untuk tidur.
Efa      : “Alhamdulillah CUMI (Cuma mimpi).”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Menulis Buku Harian

To the point 1 saja. Singkat, Padat, dan jelas. GUE MABA. Ya, sekarang gue menyandang gelar MABA 2014 atau Mahasiwa Baru di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia – Univesitas Lambung Mangkurat. Gue lulus seleksi di kampus ini melalui jalur SNMPTN, yaitu pendaftaran melalui online dan berdasarkan nilai rapot sekolah dan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia menjadi pilihan pertama gue. Kedua 2 , Ilmu Komunikasi Fakultas FISIP eh btw, itu gue milihnya sesuai keinginan gue aja tertarik dimana, tau kalau itu fakultas fisip juga pas udah kuliah. Alhamdulillah lulusnya di pilihan pertama yang mana memang gue minati, menjadi guru bahasa Indonesia terinspirasi dari guru SMA gue Ibu Dwi dan Ibu Diana. Mereka kedua guru bahasa Indonesiaku ketika kelas X dan XII, menurutku mereka berdua adalah sosok misterius. Why? Karena mereka guru bahasa Indonesia. Nilai bahasa Indonesiaku tak pernah tinggi, selalu saja rendah, begitu juga dengan teman-temanku. Susah sek...

ENIGMA bagian 3 (Ending)

Tiba di kota Bandung. Setelah memeriksa mayat, Pak Rendra berkata. “Saya belum bisa memastikan penyebab kematian Caca apabila tidak dilakukan autopsi pada mayat.” “Aku ingin cepat mengetahui kebenarannya. Kumohon Pak. Selidikilah kasus ini dengan sungguh-sungguh.” pinta Egi. “Sabar ya. Kasus ini sulit, tapi akan saya selidiki dengan baik.” jawab Pak Rendra. “Terima Kasih Pak.” jawab Egi.   Sementara itu, Pak R endra segera menanyakan informasi apapun yang terjadi sebelum hari kematian Caca dan Eko, dan semua tentang yang ada di vila . “Bisa ceritakan padaku alasan kalian pergi ke vila terpencil ini?” kata Pak Rendra. “Baik. Mereka pergi ke sini untuk refreshing serta untuk penyusunan strategi tim detektif mereka . Sebenarnya mereka tidak berniat pergi ke Villa, mereka hanya berniat menginap sehari semalaman   saja di Bukit Batas . Hanya saja saya yang memiliki rencana pembunuhan di villa itu, karena saya dan caca yang dianggap tersangka oleh ayah Swara ...

BAHAGIA ITU SEDERHANA

            Gagal rencana saya di sore bolong tadi, padahal sudah beli kopi. Ada rencana apa emang? Rencananya adalah... Usai acara hari ini (sengaja tanggalnya di blur) tadi dan tiba di kos pukul 18.00, itu tiba-tiba ngerasa sedih dan berencana malam ini ga ngerjain tugas, ga baca buku juga, ga jalan-jalan kayak manusia remaja pada umumnya yang sabtu malam begini kalo ga ngapelin ya diapelin, ga shopping juga, biasanya kalo ga ada yang ngajak nongkrong itu sabtu malam aku shopping ke Bali. Jadi, rencananya tadi aku cuman mau fokus nulis di blog pribadi.             Gagal nulis sambil ngopi dari habis isya, sebab tetangga aku datang dan kopinya sudah aku minum ketika ngobrol sama dia. Jadi, ini nulis ga ditemenin kopi lagi, hanya ditemenin suara kipas angin (23.30)             Sebelum aku pulang, dia udah duluan pulang,...