Langsung ke konten utama

Yuk, Kembali ke DIA (2)



          Begini ya rasanya tergantikan? Ia adalah sakit yang tiada tara. Ya, tergantikan saat kita belum ingin digantikan. Ah, mengapa hatiku selalu saja menyesalinya? Bukankah itu sudah menjadi haknya? Aku rasa aku terlalu fokus pada keinginanku, pada rasakuku yang masih sama, orang yang tetap kamu. Ah, aku rasa aku hanya kurang mensyukuri kehidupanku. Aku rasa ini merupakan salah satu proses pendewasaan yang dibentuk dari rasa sakit. Bila kita membencinya berarti kita menolak rencana pendewasaan yang telah dirancang Tuhan untuk kita. ~Dedy Susanto
            Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan mengikhlaskan semuanya. Tak masalah jika lewat kejadian sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkutnya, membawa pergi entah ke mana. ~Daun yang jatuh tak pernah membenci angin (Tere Liye)
            Memang untuk saat ini kau tak terjangkau pandanganku. Namun percayalah bahwa engkau hidup dalam setiap tulisanku.
            Tak perlu takut kehilangan ketika orang yang kita sayang pergi jauh, karena seseorag terbaik itu akan mengerti kemana ia harus pulang. ~London Love Story
Okay, biarlah aku seperti bumi. Menopang meski diinjak, memberi meski dihujani huhuy.
            Ketika hatimu terlalu berharap pada seseorang maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain kepadaNya. ~Imam Syafi’i
            Sekarang saya paham. Allah adalah obat dari segala jenis penyakit hati. Dan pada akhirnya kita akan sama-sama lelah. Aku lelah dengan rindu. Kau lelah dengan keangkuhanmu. Saya membiarkan diri ini menikmati proses pemulihan hati kembali. Bagi saya menulis adalah terapi menenangkan diri. Barangkali hendak digantikan dengan yang lebih baik.     
              Kecewamu hanya boleh sementara,    tapi harapan baikmu harus selamanya. ~Mario Teguh
          Bukan tak mau berjuang. Tapi... kita juga punya batasan. Banyak hal yang sulit untuk dijelaskan atau sekadar diungkapkan. Tak ada sesuatu yang kebetulan, tapi banyak yang bisa dibetulkan. Selamat memperbaiki, selamat menjadi lebih baik. Juga ada banyak cara untuk mencintai, salah satunya dengan melepaskan J
            Baiknya aku pergi dengan kehilangan yang sewajarnya. Setelah aku berpikir, ternyata aku benar-benar sedang diarahkan ke sesuatu yang lebih baik. Allah masih menunggu kita kembali. Aku jadi punya ruang lebih banyak untuk bermanja-manja denganNya.
            Ah, mari kita tidur, aku lelah mendebat rindu yang tak berkesudahan wkwk.. Demikianlah perempuan, senyumnya menawan, hatinya remuk redam. Untuk menjadi pribadi yang lebih baik, harus ada sesuatu yang ditinggalkan, seperti pelukmu yang tak kunjung halal.
            Melibatkan Allah dalam segala urusan membuat hatimu semakin yakin, bahwa tidak ada sakit hati yang akan kamu rasakan. Ketahuilah bahwa hati yang patah terkadang hanya untuk mendorongmu mendekat kembali padaNya.
Dan akhirnya, tentangmu adalah menjadi pembelajaran terbaik bagiku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Menulis Buku Harian

To the point 1 saja. Singkat, Padat, dan jelas. GUE MABA. Ya, sekarang gue menyandang gelar MABA 2014 atau Mahasiwa Baru di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia – Univesitas Lambung Mangkurat. Gue lulus seleksi di kampus ini melalui jalur SNMPTN, yaitu pendaftaran melalui online dan berdasarkan nilai rapot sekolah dan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia menjadi pilihan pertama gue. Kedua 2 , Ilmu Komunikasi Fakultas FISIP eh btw, itu gue milihnya sesuai keinginan gue aja tertarik dimana, tau kalau itu fakultas fisip juga pas udah kuliah. Alhamdulillah lulusnya di pilihan pertama yang mana memang gue minati, menjadi guru bahasa Indonesia terinspirasi dari guru SMA gue Ibu Dwi dan Ibu Diana. Mereka kedua guru bahasa Indonesiaku ketika kelas X dan XII, menurutku mereka berdua adalah sosok misterius. Why? Karena mereka guru bahasa Indonesia. Nilai bahasa Indonesiaku tak pernah tinggi, selalu saja rendah, begitu juga dengan teman-temanku. Susah sek...

ENIGMA bagian 3 (Ending)

Tiba di kota Bandung. Setelah memeriksa mayat, Pak Rendra berkata. “Saya belum bisa memastikan penyebab kematian Caca apabila tidak dilakukan autopsi pada mayat.” “Aku ingin cepat mengetahui kebenarannya. Kumohon Pak. Selidikilah kasus ini dengan sungguh-sungguh.” pinta Egi. “Sabar ya. Kasus ini sulit, tapi akan saya selidiki dengan baik.” jawab Pak Rendra. “Terima Kasih Pak.” jawab Egi.   Sementara itu, Pak R endra segera menanyakan informasi apapun yang terjadi sebelum hari kematian Caca dan Eko, dan semua tentang yang ada di vila . “Bisa ceritakan padaku alasan kalian pergi ke vila terpencil ini?” kata Pak Rendra. “Baik. Mereka pergi ke sini untuk refreshing serta untuk penyusunan strategi tim detektif mereka . Sebenarnya mereka tidak berniat pergi ke Villa, mereka hanya berniat menginap sehari semalaman   saja di Bukit Batas . Hanya saja saya yang memiliki rencana pembunuhan di villa itu, karena saya dan caca yang dianggap tersangka oleh ayah Swara ...

BAHAGIA ITU SEDERHANA

            Gagal rencana saya di sore bolong tadi, padahal sudah beli kopi. Ada rencana apa emang? Rencananya adalah... Usai acara hari ini (sengaja tanggalnya di blur) tadi dan tiba di kos pukul 18.00, itu tiba-tiba ngerasa sedih dan berencana malam ini ga ngerjain tugas, ga baca buku juga, ga jalan-jalan kayak manusia remaja pada umumnya yang sabtu malam begini kalo ga ngapelin ya diapelin, ga shopping juga, biasanya kalo ga ada yang ngajak nongkrong itu sabtu malam aku shopping ke Bali. Jadi, rencananya tadi aku cuman mau fokus nulis di blog pribadi.             Gagal nulis sambil ngopi dari habis isya, sebab tetangga aku datang dan kopinya sudah aku minum ketika ngobrol sama dia. Jadi, ini nulis ga ditemenin kopi lagi, hanya ditemenin suara kipas angin (23.30)             Sebelum aku pulang, dia udah duluan pulang,...