Langsung ke konten utama

TERIMA KASIH CINTA - AFGAN BUKAN



Mengapa malam itu saya terdiam ketika kau menelfon? Saat itu saya hanya bisa menghembuskan nafas.
Terima kasih 💕 Telah mau melepas sesuatu yang sebenarnya memang belum dimiliki. Luar biasa senang ketika masing-masing kita berusaha kuat untuk saling melepaskan. Demi kebaikan, demi menyelamatkan masing-masing hati, demi-Nya tentunya.
Tetaplah kuat meski berjarak. Jadilah terhebat yang akan terus menyayangiku tanpa syarat. Jangan merasa ditinggalkan, hanya saja aku tidak ahli dalam mempertahankan. Tuhan juga belum menunjukkan kalau kaulah orangnya.
Saya akan tetap pergi, meskipun kau menjanjikan akan selalu ada, karena takdir tidak tergantung dari ucapanmu. Semoga selalu terjaga. “Sesuatu akan lebih bernilai tinggi, jika dijaga dengan sebaik-baiknya.” Sebab, saya akan menjaganya pada batas aman. Sampai aku engkau halalkan. Kau mungkin meragukan, biarkanlah yang setia itu hatinya, bukan ucapannya.
            Saya tidak kecewa. Karena ini merupakan penyelamatan dari Allah agar tidak lebih kecewa nantinya. Jika kau merasa sakit, saya doakan semoga menjadi sakit yang berkah. Pun kali ini saya memantabkan diri untuk tidak terlalu menggebu mencintai. Biarlah Tuhan yang menangani. Sebab aku butuh izin-Nya, untuk mencintai.
            Tentang merelakan biar aku dan Allah yang tahu. Biarkan ini menjadi rahasia  terbesarku. Andai semua orang di dunia paham bahwa mencintai bukan hanya tentang waktu, keberanian atau kesempatan saja. Tapi cinta juga tentang keimanan dan ketakwaan. 💕💕

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Pendek Mengesankan

       “ “ Aku bernyanyi untuk sahabat...Aku menari untuk sahabat....” Terdengar nada dering handphone Efa. Efa yang asik menonton tv pun segera berlari mengambil dan menekan tombol hijau pada layar handphone nya. Efa       : “Assalamualaikum, dengan siapa ya?” Mega   : “Ini aku Fa, Mega. Kamu ada di rumah tidak? Efa       : “Iya ada Ga, kenapa?” Mega   : “Aku mau main kesana.” Efa       : “Ada ko, datang aja.” Mega   : “ Ok, tungguin ya”. Beberapa menit kemudian tibalah Mega di rumah Efa. Mega   : “Kapan kamu mau ke Bukit?” Efa       : “Siang ini. Kamu sudah makan atau belum, kita makan yu?” Mega   : “Belum. Ayoo.” Beberapa saat usai makan siang. Tiba-tiba bumi bergemuruh, pertanda hujan akan datang. Mega            : “Fa, Aku pamit pulang ya sebelum hujan ...

DILAN-DA-R-I-N-D-U

Aku masih ingat ketika kamu memintaku untuk berhenti menulis tentangmu, untuk kesekian kalinya kau membuat badan ini terjatuh dan tersandar ke dinding kamarku. Namun, tidak jera-jeranya, aku masih saja menulis tentangmu, lagi dan lagi. Malam ini, tak bisa kutahan tangan ini untuk melakukannya. Untuk kesekian kalinya, badan ini terjatuh lagi saat kebutuhan mataku untuk menatap matamu tak dapat terpenuhi. Matamu yang kuanggap sebagai obat untuk melepas segala penatku, matamu selalu bisa menenangan segala yang gusar. Malam ini aku menangis sejadi-jadinya, walau aku ingat besok Senin. Semoga Tuhan melindungi kelemahanku. Aku hanya bisa berharap mendapat pertolongan dari-Mu ya Allah. Kamu di mana? Sedang apa? Sehat? Mengetahui kabar dan memastikan kamu baik-baik saja adalah salah satu cara yang membuatku tetap bahagia. Mama kamu sehat? Jujur aku sangat terkesan dengan sambutannya petama itu, dan aku berharap suatu saat bisa bertemu dengannya lagi. Namun, Aku hanya perempuan biasa,...

Rindu Menulis Buku Harian

To the point 1 saja. Singkat, Padat, dan jelas. GUE MABA. Ya, sekarang gue menyandang gelar MABA 2014 atau Mahasiwa Baru di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia – Univesitas Lambung Mangkurat. Gue lulus seleksi di kampus ini melalui jalur SNMPTN, yaitu pendaftaran melalui online dan berdasarkan nilai rapot sekolah dan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia menjadi pilihan pertama gue. Kedua 2 , Ilmu Komunikasi Fakultas FISIP eh btw, itu gue milihnya sesuai keinginan gue aja tertarik dimana, tau kalau itu fakultas fisip juga pas udah kuliah. Alhamdulillah lulusnya di pilihan pertama yang mana memang gue minati, menjadi guru bahasa Indonesia terinspirasi dari guru SMA gue Ibu Dwi dan Ibu Diana. Mereka kedua guru bahasa Indonesiaku ketika kelas X dan XII, menurutku mereka berdua adalah sosok misterius. Why? Karena mereka guru bahasa Indonesia. Nilai bahasa Indonesiaku tak pernah tinggi, selalu saja rendah, begitu juga dengan teman-temanku. Susah sek...